Pendekatan Budaya, Solusi Efektif Tingkatkan Kesadaran Masyarakat Untuk PHBS (17 Sep 2014)

Dalam peningkatan perilaku hygiene dan sanitasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat ada pendekatan menarik yang dilakukan provinsi ini dalam memicu warganya untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti tidak buang air sembarangan dan melakukan praktek cuci tangan pakai sabun. Upaya yang dilakukan ialah melalui pendekatan budaya yaitu dengan pementasan gambus dari tim budayawan, di mana dalam pementasan tersebut tim yang dipimpin oleh Salman ini menyanyikan 3 buah lagu dengan syair yang memicu masyarakat untuk Buang Air Besar di jamban dan menyelamatkan air bersih. Bukan hanya syair yang dirubah, untuk lebih menarik perhatian masyarakat Salman juga menyesuaikan lagu tersebut dengan irama khas suku sasak yang begitu menarik untuk di dengar. Maka dari itu, tidak heran bila penampilan Salman di acara Wokshop BCC NTB yang diadakan beberapa waktu lalu mendapat perhatian menarik dari banyak pihak. Dalam paparannya, Salman berpendapat bahwa banyak faktor yang menyebabkan orang tidak hidup sehat. Tetapi, faktor yang paling utama adalah ketidaksadaran akan kesehatan, di mana terbukti banyak orang yang sebenarnya mampu untuk membangun jamban, tapi tidak mau karena mengaku tidak terbiasa. Berangkat dari itu, merubah pola pikir adalah hal utama menuju perubahan perilaku sehat. Selanjutnya Salman menerangkan, dalam melakukan pendekatan perubahan perilaku pendekatan melalui kearifan lokal seperti budaya, Bahasa dan tata karma dapat dijadikan solusi efektif. Pasalnya, melalui hal ini bisanya warga akan lebih mudah memahami, tanpa merasa digurui. Sosialisasi dan penyuluhan akan sanitasi dan hygiene melalui pendekatan budaya dirasa cukup ampuh sebagai upaya penyadaran masyarakat akan kesehatan, katanya. Adapun, media yang digunakan adalah audio visual, audio, performance art, seni rupa, dan sastra. Salah satu bentuk lain kearifan lokal yang digunakan ialah berupa pantun/puisi yang berisi ajakan kepada masyarakat untuk berperilaku bersih, termasuk di dalamnya pentingnya memiliki jamban. Sebagai salah satu upaya agar mereka peduli akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat. (gambar pantun/puisi terlampir) Menurut Salman, masing-masing media memiliki kelebihan dan kekurangan. Misalnya, pendekatan melalui audio visual kelebihannya ialah tampilannya akan menarik, sehingga lebih mudah dimengerti. Namun, kekurangannya biasanya membutuhkan biaya yang berlipat ganda dalam hal produksi, disamping itu tidak semua masyarakat memiliki televisi. Selain itu, pendekatan juga bisa melalui audio, pendekatan ini biasanya digunakan untuk orang-orang tua dengan kisaran umur 50 tahunan. Brainstroming di balai desa mengundang orang lanjut usia dan diceritakan terkait jamban adalah salah satu kegiatan yang bisa dilakukan dengan pendekatan ini. Lebih lanjut, Salman menerangkan, pendekatan melalui seni rupa seperti poster dan sebagainnya juga bisa dilakukan, untuk hal ini biasanya cocok digunakan untuk kalangan anak-anak muda. Dalam pendekatan seni rupa ini bisa juga dengan melakukan perlombaan poster untuk lebih menarik perhatian khalayak ramai. Di penghujung paparannya, Salma sang Budayawan Provinsi NTB ini menyatakan bahwa dalam merubah perilaku hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pendekatan kearifan lokal diantaranya ialah sisi budaya, bahasa, dan tata krama setempat sehingga materi-materi perubahan perilaku dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat dan menghasilkan perubahan perilaku yang berkelanjutan terutama untuk higiene dan sanitasi. CMH

Comments