MUI - Program Nasional EcoMasjid

"Orang mukmin itu bagaikan lebah, jika ia makan sesuatu ia makan yang baik, jika ia mengeluarkan sesuatu ia keluarkan yang baik. Dan jika ia hinggap di ranting yang sudah lapukpun, ranting itu tidak dirusaknya." (HR. Tirmizi)

ecomasjid1Sesuai dengan fungsi keberadaannya, masjid tersebar dan menyatu dengan kehidupan seluruh lapisan kehidupan masyarakat, dimana kaum muslim sebagai potensi terbesar bangsa erat kaitannya dengan penggunaan masjid. Maka dari itu masjid juga perlu berkontribusi secara aktif untuk meningkatkan kesadaran umat muslim, dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup guna kelangsungan kehidupan seluruh makhluk di bumi baik secara lisan maupun melakukan aksi nyata berdasarkan semangat keislaman. Hal inilah yang disampaikan oleh Dr.Ir.H. Hayu Prabowo selaku Ketua Lembaga PLH dan SDA  MUI.

Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam berbasis Masjid dipandang penting. Hal ini dikarenakan (1) Masjid memerlukan pasokan air untuk thaharah serta sanitasi guna menjaga kesucian dan kesehatan masjid. (2) Masjid tersebar dan menyatu dengan kehidupan seluruh lapisan kehidupan masyarakat, maka sarana dan prasarana masjid dapat difungsikan untuk membentuk perilaku jamaah yang ramah lingkungan. (3) Masjid telah memiliki aset fisik berikut kapasitas kelembagaan dan jama’ah nya untuk mengambil peran terhadap masalah-masalah perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup (LH) dan Sumber Daya Alam (SDA). Seperti yang termasuk dalam UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan LH pasal 7 tentang Peran Masyarakat. (4) Masjid pun dinyatakan dapat mensinergikannya dengan kegiatan dakwah melalui koordinasi MUI-DMI pusat/daerah serta organisasi non-pemerintah, sebagai titik tolak upaya menciptakan negeri yang asri dan nyaman sentosa "baldatun thoyyibatun wa Robbun Ghafur".

Peluncurkan EcoMasjid yakni gerakan nasional pemuliaan lingkungan hidup berbasis masjid, di Masjid Azzikra, Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Jumat lalu tanggal 19 Februari 2016 dihadiri oleh Direktur Konservasi Tanah dan Air, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, dan Ketua Dewan Pengarah Indonesia Bergerak Selamatkan Bumi (Prof Din Syamsuddin), beserta Sekjen DMI (Imam Addaruquthni) dan Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam MUI (Hayu Prabowo). Program utama dari EcoMasjid ini melalui dakwah bil hal dan bil lisan. Dimana dakwah bil hal didalamnya terdapat program penghijauan, konservasi air, pengelolaan limbah padat dan cair serta sanitasi. Sedangkan dakwah bil lisan dituangkan dalam cara khutbah, ceramah, majelis taklim tentang Hifdzul Biah, sosialisasi dan penerapan fatwa-fatwa serta pendidikan dan pelatihan Hifdzul Biah untuk madrasah pesantren dan majelis taklim.

ecomasjid2Dalam peluncuran EcoMasjid ini beberapa sistem yang dilakukan terkait pemberdayaan lingkungan :

(1) Menjadikan alat penahan laju air keran sebagai sarana untuk berwudhu dengan cara yang tidak boros seperti yang disunnahkan oleh rosul yaitu irit air wudhu. Dalam sabdanya "Membasuh, atau mandi dengan satu sha’ hingga lima mud, dan berwudhu dengan satu mud." (HR. Bukhari). Dimana satu mud itu setara dengan 2/3 liter dan satu sha adalah 4 Mud, tempat wudhu pun dilakukan secara alami dengan sistem sumur resapan masjid dan ponpes Al-Amanah di Wonogiri. Air wudhu yang dikeluarkan juga melalui sitem daur ulang air wudhu yang telah dievaluasi oleh ahli dari Jepang dari Toray.  Air wudhu yang digunakan juga berasal dari tampungan air hujan yang ditandem oleh sistem panen.

(2) Pengelolaan sampah, seperti yang kita ketahui bahwa sampah yang tidak terkelola akan mengakibatkan hal yang merugikan masyarakat. Salah satunya menimbulkam berbagai macam penyakit, mengakibatkan pencemaran lingkungan, mengakibatkan banjir, TPA penuh yang bisa mengakibatkan longsor dan korban jiwa serta terjadinya pemanasan global akibat gas metan dari sampah. Sungai yang seharusnya menjadi salah satu sumber air bagi masyarakat juga bisa menjadi tercemar bila sampah ini tidak dilakukan pengelolaan dengan baik. Maka dari itu dilakukan beberapa upaya penanggulangan sampah yang diantaranya program bank sampah, pengelolaan sampah terpadu mandiri seperti yang dilakukan di pesantren Al-Amanah Wonogiri, pemakaian biogas yang menjadi salah satu sumber energi untuk memasak yang bersumber dari gas metan yang dihasilkan oleh tinja manusia.

(3) Masalah air dan sanitasi, dimana masalah sanitasi ini ditujukan untuk mencapai Universal Akses 2019.

ecomasjid3Dalam program nasional EcoMasjid ini juga mendapat dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dimana kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari nota kesepakatan antara Menteri LHK dan sembilan tokoh lintas agama untuk peduli terhadap kelestarian lingkungan yang ditandatangani pada 26 November 2015 lalu. Tindak lanjut dari peluncuran ecoMasjid adalah penanaman pohon serta pembangunan kurang lebih 4.000 bibit yang diberikan kepada 36 perwakilan masjid se-Jabodetabek. Tercatat kurang lebih ada sekitar 850.000 masjid di Indonesia, apabila 100 pohon ditanam di setiap masjid, maka pohon yang tertanam mencapai 85 juta yang ekuivalen seluas 2,12 juta hektare. Luasan penghijauan ini akan semakin besar bila seluruh rumah ibadah melakukan hal serupa. Program penanaman pohon yang telah dituangkan dalam RPJMN Kementerian LHK periode 2015-2019 ditargetkan seluas 5,5 juta hektare yang dialokasikan kurang lebih 1,045 juta hektare pertahun.

Program ecoMasjid juga sesuai dengan agenda kelima Nawa Cita yang menjadi program Indonesia sehat yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, dan arah kebijakan Kementerian Kesehatan 2015-2019 yakni mengutamakan upaya promotif dan preventif. "Salah satu kegiatan yang cukup efektif melalui implementasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebagai pendekatan untuk merubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan untuk mendukung pemenuhan akses air minum dan sanitasi berkelanjutan," kata Direktur Kesehatan Lingkungan, Kemenkes dr.Imran Agus Nurali.Sp.KO.

Ketua Dewan Pengarah Indonesia Bergerak Selamatkan Bumi (Siaga Bumi), Prof. Din Syamsuddin mengatakan, "Krisis lingkungan hidup dengan berbagai manisfestasinya seperti perubahan iklim dan pemanasan global sejatinya adalah krisis moral. Karena manusia memandang alam sebagai obyek bukan subjek dalam kehidupan semesta". Penanggulangan terhadap masalah lingkungan dan perubahan iklim haruslah dengan pendekatan moral. Pada titik inilah agama harus tampil berperan melalui kolaborasi lintas agama, dan perlu dimulai dari rumah ibadah masing-masing. "Keberhasilan menciptakan rumah ibadah yang ramah lingkungan adalah penjelmaan dari hati bersih dan pikiran jernih umat beragama dan merupakan titik-tolak upaya menciptakan negeri yang asri, nyaman, aman sentosa," katanya.

Download Selengkapnya : Materi EcoMasjid - MUI

By : UT - CB Sekretariat STBM Nasional // Editor : AH - KM Sekretariat STBM Nasional

Comments