Kesehatan merupakan salah satu bagian terpenting dalam menjalani hidup, begitu juga dengan kesehatan keluarga, tanpa kesehatan yang prima kita tidak bisa menikmati hidup sepenuhnya, akan tetapi kita pun tidak bisa menghindari resiko sakit. Maka dari itu Indonesia sudah memberikan kesejahteraan kesehatan kepada seluruh rakyatnya tanpa memandang statusnya melalui BPJS dengan sistem berjenjang yaitu melalui pelayanan dasar seperti puskesmas, dokter keluarga dan rujukan rumah sakit baik pemerintah maupun swasta.
Pertanyaan pertama yang terlintas yaitu sudahkah semua rakyat Indonesia mengikuti BPJS mandiri atau sudahkah masyarakat yang tidak mampu mendapatkan BPJS tanggungan dari pemerintah?. Kedua bagaimana jika peserta BPJS sakit pada jam dimana puskesmas sudah tutup sementara penyakitnya masuk kedalam 144 penyakit yang tidak bisa dirujuk ke RS, haruskah peserta menunggu hari esok untuk berobat?. Berkaca pada dua pertanyaan tersebut maka saya sanitarian puskesmas buniwangi tertarik untuk melakukan pembinaan terhadap masyarakat untuk mengajak masyarakat agar bisa mandiri dalam kesehatan untuk diri, keluarga dan warga sekitar lingkungannya.
Pada tahun 2012 sanitarian puskesmas buniwangi yang di dukung oleh kepala puskesmas buniwangi pada saat itu mulai melakukan pembinaan terhadap warga, metode awal yang saya gunakan agar saya bisa berbaur dengan warga adalah metode STBM meskipun saya belum mengetahui apa itu STBM, belum pernah mengikuti pelatihan STBM dan hanya belajar melalui website STBM akan tetapi saya sangat tertarik untuk mencoba menerapkan metode STBM di masyarakat, diawali dengan melakukan advokasi terhadap kepala RT dengan menjelaskan program yang akan saya terapkan, selanjutnya melakukan pemicuan terhadap warga untuk melalui kebiasaan warga, setelah pemicuan saya melakukan pembinaan setiap minggu terhadap warga, dalam pembinaan ini saya dibantu oleh lintas program (promkes, perkesmas, gizi, dan KIA), tidak lupa juga saya melibatkan rekan – rekan Sanitarian puskesmas sewilayah 6 sukabumi dengan harapan rekan – rekan sanitarian melakukan hal yang sama di wilayahnya. Setelah pembinaan berjalan disitu terlihat banyak warga yang tidak memiliki JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan Masyarakat dari pemerintah yang ada pada saat itu dan belum ada BPJS) disitulah saya mulai mengenalkan 500 rupiah sehari untuk sehat yang bertujuan agar masyarakat mandiri kesehatan dan tidak tergantung terhadap bantuan pemerintah. 500 rupiah sehari untuk sehat yang selanjutnya hasil rembukan warga diberi nama ASKES LEMBUR (Asuransi Kesehatan kampung).
Askes lembur ini diberikan oleh setiap kepala keluarga dengan besaran 500 rupiah per harinya, akan tetapi bagi keluarga yang jompo atau bagi masyarakat yang memang benar-benar tidak mampu diberikan keringanan untuk tidak ditarik pembayaran tapi tetap diberikan kartu askes lembur. Peserta askes lembur ada 45 KK.
Asuransi kesehatan lembur atau yang disingkat Askes lembur bisa digunakan untuk kuratif yaitu untuk berobat ke Puskesmas maupun BPS yang sudah MOU dengan Askes Lembur, cara pembayaran Askes lembur yaitu dengan setiap bulannya ketua panitia atau kepala RT mendatangi bagian pendaftaran puskesmas atau pemilik BPS dan menanyakan peserta yang berobat dan kemudian membayar semua tanggungannya, sehingga peserta Askes lembur bisa kapan saja berobat jika sakit.
Selain untuk keperluan kuratif, askes lembur juga digunakan untuk keperluan lain seperti : 1. Pemenuhan Jamban Keluarga Warga Askes lembur digunakan untuk pemenuhan kebutuhan jamban keluarga warga sekitanya yaitu dengan sistem pinjam, yaitu warga yang tidak memiliki jamban keluarga bias meminjam uang dari askes lembur untuk membeli bahan – bahan jamban dan untuk pemasangannya dengan bantuan warga lainnya secara gotong royong, adapun warga yang pernah meminjam untuk pembuatan jamban ada sebanyak 4 orang.
Keterangan |
Jumlah KK |
Memiliki JaGa |
Tidak Memiliki |
Cakupan % |
Sebelum Pembinaan | 71 | 67 | 4 | 94,37 |
Setelah Pembinaan | 71 | 71 | 0 | 100 |
2. Pemenuhan Sarana Air Bersih Askes lembur digunakan untuk pemenuhan kebutuhan Sarana Air Bersih warga sekitanya yaitu dengan sistem pinjam, yaitu warga yang tidak memiliki SAB bisa meminjam uang dari askes lembur untuk membeli bahan – bahan Sumur Gali dan untuk pemasangannya dengan bantuan warga lainnya secara gotong royong, adapun warga yang pernah meminjam untuk pembuatan jamban ada sebanyak 2 orang.
Keterangan |
Jumlah KK |
Memiliki SAB |
Tidak Memiliki |
Cakupan % |
Sebelum Pembinaan | 71 | 69 | 2 | 97,2 |
Setelah Pembinaan | 71 | 71 | 0 | 100 |
3. Pemenuhan Tempat Cuci Tangan Pakai Sabun Salah satu pilar dari STBM yaitu Cuci Tangan Pakai sabun, maka dari itu warga membuat tempat cuci tangan pakai sabun yang sederhana, akan tetapi bagi warga jompo dan tinggal sendiri diberikan bantuan dari dana askes lembur .
Keterangan |
Jumlah KK |
Memiliki CTPS |
Tidak Memiliki |
Cakupan % |
Sebelum Pembinaan | 71 | 0 | 71 |
0 |
Setelah Pembinaan | 71 | 71 | 0 | 100 |
4. Pemenuhan Tempat Pembuangan Sampah Askes lembur juga digunakan untuk pemenuhan kebutuhan tempat sampah warga, seperti halnya di dalam pilar STBM tentang penanganan sampah Rumah tanggan, maka selain warga memilah sampah, membuat kompos warga juga diharuskan membuat tempat sampah di setiap depan rumah warga yang pada akhirnya sampah di pilah jika sampah plastik ada yang dibakar dan ada juga yang dikumpulkan untuk dijual ke pengepul atau ada juga yg di manfaatkan sebagai pot, untuk sampah organik di buat lubang untuk dijadikan kompos dan digunakan untuk menanam sayuran. Untuk tempat sampah bagi jompo dan untuk di POS Kamling diberikan bantuan dari Dana Askes Lembur.
Keterangan |
Jumlah KK |
Memiliki TS |
Tidak Memiliki |
Cakupan % |
Sebelum Pembinaan |
71 |
25 |
46 |
35,21 |
Setelah Pembinaan |
71 |
71 |
0 |
100 |
5. Pemenuhan Saluran Pembuangan Air Limbah Warga membuat saluran pembuangan air limbah rumah tangga agar tidak terjadi pencemaran penyakit. Ini sesuai dengan pilar ke 5 dari STBM yaitu pengamanan limbah. Bagi warga yang tidak memiliki SPAL sistem pinjam, yaitu warga yang tidak memiliki SPAL bisa meminjam uang dari askes lembur untuk membeli bahan – bahan SPAl dan untuk pemasangannya dengan bantuan warga lainnya secara gotong royong, adapun warga yang pernah meminjam untuk pembuatan SPAL ada sebanyak 6 oran.
Untuk pengelolaan air limbah saya mencoba menerapkan. 1. sistem filtrasi agar air limbah tersebut dapat digunakan kembali dengan filtrasi saringan air sederhana. Dengan tahapan media 1 untuk sedimentasi (pengendapan), Media 2 dengan menggunakan proses aerasi dari pipa air yang masuk dari media 1, lalu diberi media dari bawah kerikil halus (untuk mengikat koloid/kotoran kasar), pasir (untuk menyaring kotoran yang halus), kerikil kasar (untuk mengikat atau menyaring kotoran kasar dan membantu), arang aktif menghilangkan bau, rasa dan jernih, mengikat zat kimia dalam air), pecahan genteng/bata merah (menghilangkan bau, rasa dan jernih, mengikat zat kimia dalam air) dengan ketebalan 15 cm. Dana untuk membuat filtrasi Air ini menggunakan dana dari Askes Lembur.
2. Menggunakan Penampungan Limbah cair sebagai media untuk membuat kompos dari sekam padi, yang nantinya bias digunakan untuk bahan dasar penanaman sayuran.
Keterangan |
Jumlah KK |
Memiliki SPAL |
Tidak Memiliki |
Cakupan % |
Sebelum Pembinaan | 71 | 27 | 44 | 38,03 |
Setelah Pembinaan | 71 | 71 | 0 | 100 |
3. Pemenuhan dalam Pembentukan Kelompok Donor Darah Di Kampung Cilumayan diadakan pemeriksaan golongan darah secara serentak, bekerjasama dengan Puskesmas Buniwangi dengan di tarif Rp. 5000 setiap orangnya, bagi peserta Askes Lembur maka pembayarannya di tanggung oleh Askes lembur.
4. Pemenuhan kebutuhan POS Kamling SIAGA Askes lembur digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan pos kamling, dimana dalam pos kamling tersebut ada peta sanitasi kampung dan pengumunan lainnya yang berhubungan dengan kesehatan. Dana askes lembur digunakan untuk membeli cat, bambu, tempat sampah, triplek dll yang menjadi kebutuhan pos kamling.
Dari uraian diatas bisa kita lihat banyak sekali manfaat yang dihasilkan dari askes lembur, selain menjawab pertanyaan sebelumnya yaitu untuk menjawab pertanyaan pertama tidak semua masyarakat menjadi peserta BPJS mandiri, dan tidak semua masyarakat kurang mampu mendapatkan BPJS tanggungan pemerintah, sedangkan untuk askes lembur peserta bisa menanggung pembiayaan kesehatan orang yang tidak mampu dan seluruh keluarganya, jawaban pertanyaan kedua dengan dengan BPJS ada batasan waktu ketika berobat dikarenakan tidak semua Puskesmas menjadi Puskesmas perawatan sehingga buka 24 jam, dan tidak semua penyakit bisa di rujuk ke RS. Akan tetapi dengan askes lembur semua peserta bisa berobat kapanpun peserta sakit dengan BPS yang sudah MOU dan menjadikan masyarakat mandiri dalam kesehatan, selain menjawab kedua pertanyaan terseebut askes lembur pun dapat memenuhi kebutuhan warga lainnya seperti :
1. Pemenuhan jamban keluarga 2. Pemenuhan Sarana Air Bersih 3. Pemenuhan Tempat Cuci Tangan Pakai Sabun 4. Pemenuhan Tempat Pembuangan Sampah 5. Pemenuhan Saluran Pembuangan Air Limbah 6. Pemenuhan Dalam pembentukan Kelompok Donor darah 7. Pemenuhan kebutuhan dalam Pos Kamling siaga
Penulis : Mira Amalia Hasanah // Editor : UT (CB Sekretariat STBM Nasional).
Comments