Gunungkidul merupakan Kabupaten Kedelapan di Indonesia yang telah mendeklarasikan dirinya dari Stop Buang Air Besar Sembarangan. Indonesia masih harus berperang terhadap kebiasaan masyarakat yang masih melakukan praktik perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Sampai tahun ini (2016) baru delapan daerah di seluruh Indonesia yang dinyatakan telah bebas BABS. Menteri Kesehatan Nila Djuwita Farid Moeloek mengatakan, pemerintah masih terus melakukan kampanye gerakan dan sosialisasi kesehatan agar masyarakat bebas dari BABS. Kondisi bebas BABS ini telah ditargetkan bisa terwujud pada tahun 2019. Langkah ini diambil guna mengurangi penularan penyakit yang banyak disebabkan oleh masalah sanitasi yang terjadi di tengah masyrakat Indonesia.
"Tidak buang air besar sembarangan ini penting untuk menghindarkan penularan penyakit. Namun, kami akui sampai saat ini baru delapan kabupaten dari 416 kabupaten kota se-Indonesia yang bebas BABS," ungkap Nila di sela-sela sambutannya dalam acara Deklarasi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di Embung Nglanggeran, Patuk, Kabupaten Gunungkidul, DIY pada tanggal 26 Oktober kemarin. Kendala yang dihadapi untuk mengentaskan wilayah bebas BABS adalah masih banyak masyarakat yang belum sadar akan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Sampai saat ini masyarakat masih banyak yang BABS di sungai ataupun kebun dan menggunakan WC yang tidak sesuai standart atau cemplung. "Kami harus mengubah mindset masyarakat dan ini menjadi tugas kita bersama," imbuhnya. Kebijakan dari pemangku kebijakan lokal juga diperlukan untuk membantu program pengentasan BABS salah satunya membangun sanitasi umu. Jika kebutuhan air terpenuhi, perilaku BABS masyarakat dengan sendiri akan dapat ditekan, seperti di Sumatera Barat, dulu masih banyak masyarakat buang air besar sembarangan di kolam, kebisaan itu sekarang sudah berubah," ucap Nila. Meski begitu, dia berharap masyarakat berupaya menyiapkan sendiri fasilitas kakusnya sehingga penyakit menular tidak tersebarakibat perilaku BABS.
Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta dulu terkenal sebagai kawasan yang tandus dan gersang, tetapi berkat komitmen dan pengawalan yang ketat oleh Bupati Badingah, maka perilaku masyarakat menjadi lebih maju dan bisa lebih dulu mendeklarasikan sebagai kabupaten BABS pertama di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. "Hal ini yang kami apresiasikan dan Kementerian Kesehatan setiap tahun akan memberikan reward bagi daerah yang memilki inovasi layanan kesehatan untuk mewujudkan lingkungan yang sehat, termasuk Bebas Buang Air Besar Sembarangan" ujar Nila. Sementara itu, Direktur Kesehatan Lingkungan Kemenkes Imran Agus Nurali menambahkan, melalui Peraturan Menteri Kesehatan tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sudah ada kebijakan mengenai pembentukan puskesmas di setiap desa unutk mengurangi kebiasaan buruk BABS. Dengan demikian, semua puskesmas diharapkan bis amelakukan sosialisasi dan memberikan penyuluhan mengenai pentingnya untuk tidak melakukan BABS.
Selain itu Ibu menteri Kesehatanmenjelaskan pula kedelapan daerah yang telah bebas BABS itu adalah Kabupaten Gunugkidul (DIY), Kabupaten Pacitan, Magetan, Madiun, Ngawi (Jawa Timur), Kabupeten Grobogan (Jawa Tengah), Kupang (Nusa Tenggara Timur), Kabupaten Wajo (Sulawesi Selatan), serta Kabupaten Kotawaringin Barat (Kalimantan Tengah).
Dalam kunjungannya, Menteri Kesehatan tidak hanya berkunjung untuk ikut mendeklarasikan kabupaten yang sudah terbebas dari BABS tetapi juga mengikuti serangkaian acara yang dirangkaikan dalam acara deklarasi tersebut diantaranya melihat ibu PKK yang melakukan praktik senam sehat secara serentak diikuti oleh warga yang berantusias datang ke tempat acara, selain itu tak lupa Ibu Menteri turut mempraktekkan program Cuci Tangan Pakai Sabun (ctps) yang dilakukan oleh anak Sekolah Dasar di daerah Gunung Kidul, serta meninjau langsung stand wirausahawan sanitasi (wusan), mereka pun turut menjelaskan bagaimana peta sanitasi di daerah gunungkidul sebagai basisinformasi perkembangan proses data progress. Dalam kunjungan kerja kali ini juga Menteri Kesehatan turu melihat bazar buah dan sayuran yang dilaksanakan oleh warga agar tak lupa mengkomsumsi makanan sehat sebagai penunjang energi selama beraktifitas setiap harinya.
Wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terbebas dari buang air besar sembarangan antara lain jampir memenuhi target pencapaian sepeti Kab. Sleman 97,65%, Kota Yogyakarta 99,96%, Kulonprogo 98,82% dan Bantul 99,09% yang termonitoring dalam website monev STBM Nasional. Hal ini yang menjadi tekad untuk mendeklarasikan dirinya sebagai Provinsi Pertama yang akan terbebas dari Perilaku Buang Air Besar Sembarangan. Keinginan kuat dari DIY ini pun sangat didukung oleh berbagai sektor, karena diharapkan dengan adanya kegiatan ni menjadi pacuan bagi provinsi dan daerah lain untuk dapat mengikuti jejak yang sama dengan Provinsi DIY sehingga target Universal Akses 2019 akan terwujud.
Comments