Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Semarang di Purwokerto (JKL Pwt) telah beberapa tahun menerapkan metode pemicuan STBM pada kurikulum pembelajarannya. Dari bangku kuliah muncul sosok-sosok calon fasilitator handal yang tak hanya terampil namun menyejajarkan pemicuan dengan hobi. Hobi memicu? Kenapa tidak.
"Tidak ada yang berat" Masyarakat mempercayai kami. Senang dan puas kalau 'target' tercapai."Trimulyani, perempuan 20 tahun alumni dan mantan koordinator desa (kordes) dalam kegiatan PKN (Praktek Kerja Nyata) tahun 2015 di desa Kemranggon, kecamatan Susukan, kabupaten Banjarnegara, mengenang tugas pemicuan dengan muka yang berbinar. Menurutnya, belajar bersama masyarakat dan mendampingi agar timbul kesadaran untuk hidup lebih sehat terasa lebih nyata dan memuaskan ketimbang melakukan penyuluhan "Masyarakat adalah guru saya" tegasnya.
Tentu tak semua mahasiswa memberikan sepenuh hatinya pada kegiatan pemicuan seperti Trimulyani. Kemampuan berbicara dengan masyarakat tak melulu soal keterampilan teknis, namun juga kebiasaan dan karakter psikologis. Namun pengalaman melakukan pemicuan di bangku kuliah diyakini akan membekali mahasiswa ketika sudah terjun menjadi petugas di lapangan yang sesungguhnya. "Soal jama terbang saja" Nanti kan lancar dengan sendirinya kalau sudah di lapangan," optimis dan ringan Trimulyani meramal.
Bagi pehobi komunikasi seperti Trimulyani, pemicuan terasa seperti arena yang memacu adrenalin untuk mengasah ketrampilan yang lebih advance lagi. Dari contoh kecil ini, bangku kuliah dapat diharapkan menetaskan dan menjadi penyumbang fasilitator yang lebih segar.
Lain di desa lain di kota
Pembelajaran pemicuan STBM di JKL-Purwokerto dilaksanakan di dalam mata kuliah Promosi Kesehatan. 2 kali pertemuan teori dan 1 kali praktek di kelas, dilanjutkan dengan 1 kali praktek di lapangan dan terakhir digunakan pada saat PKN. Pemilihan lokasi praktek berkordinasi dengan Dinas Kesehatan dengan pertimbangan data keadaan sanitasi dan kesediaan Puskesmas untuk mengawal pelaksanaannya. Dengan jejaring kerjasama yang sudah lama terbentuk, pemilihan lokasi praktek pemicuan tidak menghadapi kendala berarti.
Yang menarik untuk dicatat adalah karakter masyarakat di lokasi praktek, khususnya perbedaan di daerah pedesaan dan perkotaan. Pengalaman praktek di daerah perkotaan di PurwokertoTimur menunjukkan masyarakat yang sudah lebih memahami dan menyadari kebutuhan untuk hidup sehat. Kendala yang dihadapi lebih bersifat teknis seperti keterbatasan lahan untuk pembuatan septic tank dan kesibukan yang cenderung mengikis waktu untuk bermusyawarah dan bergotong-royong. Bukan masalah perilaku / kebiasaan BAB di jamban. Yang diperlukan adalah solusi yang lebih inovatif dan dapat segera diterapkan.
Dari sisi interaksi dengan mahasiswa, dirasakan masyarakat perkotaan lebih sulit direngkuh. "Ada orang yang tidak serius dan mengacau jalannya pemicuan" ungkap seorang mahasiswa. Kasus di Purwokerto Timur menjadi masukan untuk peningkatan metode dan materi pembelajaran yang lebih bervariasi dan responsif kedepan.
Sinergi kesadaran dengan anggaran
Salah satu prinsip pemicuan adalah nir-bantuan atau tanpa bantuan. Ini tidak boleh dilanggar. Kesadaran masyarakat dipicu agar berproses dengan murni dan mandiri. Peningkatan pasokan anggaran ke desa yang melimpah pada era pemerintahan saat ini mesti dicermati agar tidak merusak tatanan perubahan perilaku, melainkan menjadi kekuatan yang bersinergi.
Agar tak menjadi kontra produktif dan 'jeruk makan jeruk' maka rincian dan aturan anggaran perlu dibuka bersama di atas meja, disandingkan dengan kesiapan pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk menjadi subyek perubahan. Dalam hal ini, pendekatan dari budaya akademik sering dapat menjembatani proses yang di beberapa lokasi dirasa cukup sensitif. Bukan untuk menggampangkan (atau merusak) prinsip perubahan perilaku, namun mengintegrasikan perubahan kebijakan agar hasilnya lebih tepat sasaran dan tak membangun fisik semata. Tantangan yang perlu dijawab kalangan akademisi dengan penuh kearifan dan keluasan wawasan.
Penulis : Nur Hilal, SKM, M.Kes (Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto,Poltekkes Kemenkes Semarang)
Comments