Air, Hulu dari Segala Kehidupan Pengalaman Bekerja untuk Nusantara Sehat

nusantara sehat 1Saya mengikuti program Nusantara Sehat, sebuah program berbasis tim dari Kemenkes yang ditempatkan di daerah Daerah Terpencil Perbatasan Kepulauan (DTPK) dan Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK) guna mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Setelah melewati pendidikan dan pembekalan di Jakarta selama empat puluh hari, tim diberangkatkan menuju daerah penempatannya. Saya ditempatkan di Puskesmas Alas, Malaka, NTT (perbatasan dengan Timor Leste).

Untuk mengetahui masalah kesehatan yang ada, tugas awal kami adalah melakukan survei cepat di wilayah kerja puskesmas. Setelah survei, ditemukan masalah utama masyarakat adalah air bersih. Di Puskesmas Alas sendiri tidak tersedia sumber air bersih sebagai kebutuhan dasar guna mendukung kegiatan pelayanan kesehatan. Ini merupakan masalah serius sehingga kami menyusun rencana kerja prioritas untuk pengadaan air bersih di Puskesmas Alas. Ketersediaan air bersih ini juga merupakan indikator kesuksesan tim dan kebermanfaatan di penempatan.

Pelayanan di puskesmas sering terganggu karena banyak alat lab dan poli yang rusak karena jarang dibersihkan dan dicuci. Tidak terjaganya personal higiene karyawan puskesmas, tidak adanya air di bak kamar mandi, serta tidak terjaganya kebersihan puskesmas dan lingkungan puskesmas sangat merugikan. Tidak adanya air juga merugikan pasien dan masyarakat yang berkunjung untuk berobat misalnya untuk mencuci tangan, menggunakan toilet, dan yang paling fatal adalah ketika pasien melahirkan, keluarganya harus mengambil air dan membawa jrigen sendiri sejauh 500 meter untuk kebutuhan selama proses melahirkan di klinik KIA puskesmas.

Memperhatikan geografis dan letak ketinggian, kami berdiskusi pembimbing, masyarakat setempat, tuan tanah, tetua adat, dan dengan Melani Subono dari Yayasan Rumah Harapan. Diputuskan bahwa kita akan membuat sumur gali di Puskesmas Alas dengan dukungan dari Yayasan Rumah Harapan. Penggalangan donasi dilakukan oleh Melanie melalui Kitabisa.com dan didapatkan dana sekitar 44 juta pada bulan Mei 2016. Setelah melewati advokasi yang begitu panjang dengan kepala puskesmas, tuan tanah, tetua adat, tokoh masyarakat dan pawang sumur maka pada tanggal 26 Juni 2016 mulai dilakukan pencarian titik sumber air sebagai tempat dilakukan penggalian sumur oleh pawang sumur dengan cara tradisional yang dikombinasi dengan ilmu modern berasarkan perhitungan ketinggian tempat, geografis, dan titik air bawah tanah yang diihat dari citra satelit. Setelah ditemukan titik yang tepat untuk penggalian sumur oleh pawang sumur, maka dilakukan ritual adat dengan menyembelih ayam merah dan pemberian sirih pinang untuk persembahan tuan tanah (arwah nenek moyang).

Setelah melakukan berbagai advokasi kepada tuan tanah, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan pos pamtas di wilayah kerja puskesmas, tanggal 27 Juni mulai dilaksanakan proses penggalian sumur yang dikerjakan oleh staf laki-laki puskesmas, masyarakat sekeliling puskesmas, dibantu oleh anggota tentara pos pamtas yang sedang bertugas menjaga perbatasan di pos dekat puskesmas. Proses penggalian manual menggunakan alat sederhana seperti linggis, cangkul, sekop dan ember hingga menemukan titik air pada kedalaman 8 meter dan memakan waktu 5 hari. Pada hari ke enam dilaksanakan proses menurunkan 16 cincin sumur atau bis beton dengan cara tradisioal setempat yang menggunakan tali tambang yang di ikatkan di dua tiang kayu yang di tanam bersama staf puskesmas, masyarakat setempat dan anggota tentara.

Setelah cincin sumur selesai terpasang, tahap selanjutnynusantara sehat 2a adalah membuat lantai sumur agar lantai kedap air, membuat bak air bersih, memasang water torn, memasang perpipaan dan pompa air, membuat bak pembuangan yang dapat digunakan untuk menyiram sayuran, membuat bale-bale, membuat kebun sayur dan akhirnya adalah tahap finishing yaitu mengecat lantai dan dinding sumur. Akhirnya setelah sumur selesai, tanggal 21 September dilakukan ritual adat di sumur yang dipimpin oleh tetua adat dan diikuti oleh staf puskesmas, masyarakat yang telah membantu, dan anggota tentara dengan memotong babi, ayam jantan merah, menyediakan sirih pinang, dan diakhiri dengan makan bersama.

Kami kemudian membuat sumur kedua menggunakan mata air yang terletak sekitar 100 meter dari puskesmas dibantu oleh siswa SMA Alas. Kami menggunakan sisa material semen, cincin sumur, pasir, dan koral untuk merawat mata air tersebut. Sumur ini dapat digunakan oleh puskesmas sebagai instansi kesehatan dan bisa juga dimanfaatkan oleh instansi pendidikan yaitu SMA Alas. Setelah melewati proses panjang, sejak 26 Juni hingga 21 September 2016, akhirnya sumur tersebut dapat diselesaikan. Pada tanggal 22 September 2016, dua sumur tersebut diresmikan oleh Melanie Subono dari Yayasan Rumah Harapan dan dihadiri oleh masyarakat setempat

Penulis: Dendy Hadi Saputra, Peserta Program Nusantara Sehat 2016-2017. Alumni Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Comments