“Saya tak lagi sendiri” adalah kalimat yang terucap dari Benedikta. Dengan wajah berseri-seri dan penuh semangat dia menceritakan bahwa dia tak lagi merasa sendiri dalam menjalankan program STBM di desa- desa wilayah kerjanya karena telah dibantu kader-kader tim STBM desa. Semenjak ada kebijakan Pokja AMPL Kecamatan yang diinisiasi oleh CD Bethesda, telah terbentuk juga Tim STBM di setiap desa. Tidak hanya terbentuk Tim Desa saja tetapi juga penganggaran untuk kegiatan STBM mulai dari pendataan awal kepemilikan jamban, Pemicuan & Promosi, Monev, Verifikasi sampai dengan Deklarasi. Benedikta tak lagi kesulitan dalam melakukan update data STBM 5 pilar karena telah dibantu oleh kader-kader disetiap desa. Dalam melakukan pemicuan dan promosi yang akan dilakukan di bulan April 2017 ini juga akan lebih melibatkan kader-kader sebagai ujung tombak karena telah dilatih oleh Puskesmas bersama dengan Pokja AMPL Kecamatan Loura.
Benedikta adalah seorang tenaga sanitarian di Puskesmas Radamata, Kecamatan Loura, SBD. “Mama Dino” adalah sapaan akrabnya, dia adalah pemegang program STBM di Puskesmas Radamata yang mencakup 11 desa di kecamatan Loura. Wilayah desa satu dengan desa yang lain sangat berjauhan, dengan medan jalan kurang bersahabat karena masih berupa jalan pengerasan yang setiap musim hujan sangat sulit dilalui karena jalan berlumpur.
Program STBM-SEHATI ini mulai berjalan pada Februari 2016, dengan melalui pendekatan bersama dengan Puskesmas dan Kecamatan dalam memberikan pemahaman kepada perangkat desa dan warga masyarakat. Selain itu juga menjelaskan bahwa program ini adalah non-subsidi karena pemanfaatanya kembali kepada masyarakat itu sendiri, seperti menurunnya angka kesakitan karena penyakit diare, demam berdarah, muntaber. Dengan demikian, program ini perlu didukung pendanaan dari desa itu sendiri.
Sebelumnya, sebagai Sanitarian Puskesmas Benedikta hampir merasa putus asa karena selama lebih dari 3 tahun melaksanakan program STBM belum ada peningkatan yang signifikan terkait kepemilikan dan akses sanitasi. Puskesmas Radamata hanya mengalokasikan dana STBM sekitar 5,1 juta untuk kegiatan pemicuan dan pendampingan STBM. Dana ini sangat minim untuk pendampingan 11 desa karena hanya cukup untuk biaya perjalanan sanitarian, sehingga capaian kepemilikan dan penggunaan jamban rumah tangga masih di bawah 30 %. Capaian yang masih rendah ini dipengaruhi beberapa kondisi diantaranya belum adanya alokasi dana untuk kegiatan STBM di Desa dan insentif kader-kader untuk mengumpulkan data dan memberikan pemahaman ke warga (Pemicuan) sehingga masyarakat belum sadar pentingnya hidup bersih dan sehat. Dengan permasalahan tersebut, Pokja AMPL Kecamatan bersama CD Bethesda menginisiasi pembentukan kelembagaan desa untuk STBM berikut penganggaranya yang nantinya adak dituangkan dalam perdes STBM. Pokja AMPL kecamatan sendiri juga mendapatkan dana dari APBD sebagaimana pokja AMPL kecamatan lainnya, rerata Rp 60 juta dalam satu tahun ini. Dana ini dipergunakan untuk koordinasi dan pemantauan, termasuk STBM.
Tentunya, Benedikta senang karena tak lagi merasa sendiri dalam menjalankan program STBM sebab sudah ada kader-kader di setiap desa. Tetapi dia juga merasa yakin bahwa dengan adanya Tim STBM Desa dan Penganggaran dana desa untuk STBM, program STBM akan berkelanjutan sehingga tercipta desa- desa yang akan mendeklarasikan 100% STBM di tahun 2017 ini. Selain itu, Benedikta juga mengucapkan terimakasih kepada desa serta memberikan semangat kepada kader-kader bahwa apa yang mereka lakukan, membawa perubahan besar bagi desa ini.
Penulis : Jolang Eko // Editor : UT (Sekretariat STBM Nasional)
Comments