Jakarta (11/11) – Gelaran puncak Konferensi Sanitasi dan Air Minum Nasional telah dilaksanakan pada hari Rabu kemarin. KSAN adalah acara dua tahunan yang dilaksanakan sejak 2007 sebagai bagian dari upaya meningkatkan layanan dasar masyarakat yaitu akses sanitasi dan air minum nasional, serta memenuhi target pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dari Millenium Development Goals (MDGs). Acara puncak KSAN atau lebih dikenal dengan Knowledge Day yang diselenggarakan pada tahun 2015 ini bertajuk Mencipta Masa Depan Sanitasi dan Air Minum. Tahun ini ada sekitar 16 inspirator yang membagikan ilmu dan pengalamannya tentang sanitasi dan air minum pada acara ini. Para inspirator pun datang dari berbagai kalangan. Sebagai acara pembuka ada 4 pembicara/inspirator yang hadir yaitu Sofyan Djalil Menteri PPN/Bappenas, Andreas Suhono Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PU-PR, dr. H. Mohamad Subuh MPPM Direktur Jenderal PP dan PL Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Berikut kami sajikan kutipan dari beberapa inspirator :
"Masyarakat dunia sepakat dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Bappenas jadi vocal point yang akan melibatkan masyarakat, pemerintah dan civil society untuk bersama melaksanakan SDGs ini. Dari 17 Goal SDGs salah satunya adalah masalah air minum dan sanitasi, Jika kita bisa melakukannya se-efektif Millenium Development Goals (MDGs) maka target 100 0 100 bisa kita capai. Partisipasi masyarakat, inisiatif Pemda, inisiatif semua pihak sangat kami dihargai."

"Melihat suatu kenyataan, suatu fakta, suatu data, bahwa hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menyatakan bahwa ada 40% rakyat Indonesia yang belum mendapatkan air bersih, ada 30% masyarakat Indonesia yang belum mendapatkan sanitasi yang baik atau sekitar 180 juta orang. Angka ini untuk menginspirasi bahwa kita semua harus bergerak, kita semua harus bisa memanfaatkan potensi yang ada. Dengan intervensi lingkungan, memastikan akses adanya sanitasi dan air bersih terhadap masyarakat bisa menurunkan 94% angka kasus diare. Kementerian Kesehatan bersama-sama dengan Kementerian PU-PR, dalam implementasi di lapangan diterapkan pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yaitu suatu pendekatan yang mewujudkan kondisi sanitasi kepada masyarakat dimana upaya-upaya yang dilakukan benar-benar bersumber dari masyarakat dimana pemerintah hanya mendorong masyarakat untuk bergerak. Untuk mewujudkan Universal Akses Air dan Sanitasi tahun 2019, Kementerian Kesehatan menghimbau kepada Jajaran Provinsi dan Kabupaten/Kota : 1. Mensinergikan STBM dalam berbagai agenda dan program pembangunan sanitasi baik di perdesaan maupun di perkotaan dengan memperkuat sisi perubahan perilaku masyarakatnya sesuai dengan Konferensi Ancol pada tahun lalu, 2. Menerapkan STBM sebagai social design pembangunan sanitasi mulai tahap persiapan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan sesuai dengan pilot project yang telah dilakukan, 3. Memasukkan STBM ke dalam dokumen perencanaan sanitasi sebagai Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK) dan memasukkan ke dalam dokumen pemutakhiran SSK, 4. Melakukan advokasi untuk mendorong alokasi pendanaan STBM guna meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan sanitasi."

"Target Universal Access di bidang sanitasi dan air minum seringkali dipandang sebagai sebuah mimpi yang utopis dan terlalu ambisius. Mewujudkan Universal Access sanitasi dan air minum wajib diperjuangkan. Tersedianya akses sanitasi dan air minum untuk seluruh masyarakat Indonesia lebih sehat, produktif dan kompetitif di masa mendatang. Selain berkaca pada keberhasilam MDGs optimisme ini juga didasarkan pada banyaknya modal dasar yang dapat dioptimalkan untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Modal dasar ini meliputi aspek koordinasi, perencanaan, pendanaan, kelembagaan dan regulasi. Wujud komitmen dalam koordinasi tersebut antara lain ditunjukkan dengan keberadaan Asosiasi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI). Satu-satunya organisasi dunia yang beranggotakan para kepala daerah dengan misi utama mendorong gagasan, kebijakan dan program yang pro sanitasi dan air minum. Selain itu, Keberadaan dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) memungkinkan pembangunan air minum dan khususnya sanitasi di daerah berjalan lebih terarah dan dapat lebih diakomodasi dalam proses penganggaran. Untuk mengoptimalkan potensi tersebut agar menjadi kekuatan dalam upaya pencapaian Universal Access ada 3 tips yaitu belajar dari mereka yang sudah berhasil, perkuat hubungan dengan seluruh pihak yang memiliki mimpi yang sama dan siap untuk bergerak bersama-sama, serta mulai untuk bergerak, karena setiap gerakan pasti akan membuat perbedaan."
Charly R. Fischer. Camat Soppeng Riaja, Kab. Barru, Prov. Sulawesi Selatan. Tanam Satu Tumbuh Seribu : Upaya Kepemimpinan Kreatif Menggerakkan Jajaran Pemerintah dan Elemen Masyarakat.
"Kurangnya kesadaran masyarakat menjadi tantangan utama untuk mengubah kebiasaan BABS di wilayahnya. Suatu kebiasaan harus juga dilawan dengan kebiasaan. Perlu adanya suatu gerakan yang dapat mengagetkan, semacam shock therapy yang dapat menumbuhkembangkan rasa malu tanpa dipermalukan. Shock therapy yang dilakukan adalah tiada hari tanpa kata sanitasi, dimana saja, kapan saja, oleh siapa saja, jangan dipaksakan dia harus muncul dalam diri masyarakat sendiri. Jangan sampai kurangnya kesadaran menjadi alasan untuk menutupi diri kita dari ketidakmampuan, jangan sampai menjadi alasan pembenaran untuk tidak berbuat apapun. Karena kita adalah pembawa perubahan. Kita ingin mengubah mindset dan perilaku kebiasaan masyarakat kita."
Elena Khusnul Rachmawati. Direktur Yayasan Masyarakat Peduli NTB. Connecting The Dots : Upaya Menjembatani Para Pemangku Kepentingan.
"Informasi dan komunikasi yang baik akan membuka mata berbagai pihak terhadap kondisi riil di lapangan, dari mulai mengumpulkan seluruh fakta terkait kondisi sanitasi dan air minum, mengidentifikasi seluruh pelaku mulai dari tingkat pusat hingga desa yang berpotensi terlibat pada penyelesaian isu itu. Dengan memanfaatkan peran media, fakta-fakta yang terkumpul disebarluaskan kepada pelaku potensial seperti pemerintah pusat dan daerah, DPRD, tokoh masyarakat, tokoh agama, perangkat desa dan masyarakat itu sendiri."
Erlan Hidayat. Direktur Utama PAM Jaya, Prov. DKI Jakarta. Semua Berhak Dilayani : Penyediaan Air Minum Bagi Masyarakat Termarginalkan.
"Jakarta merupakan ibukota Indonesia yang masih memiliki tingkat kriminalitas tinggi, termasuk pencurian air (illegal settlement). Golongan marjinal di pemukiman informal sulit mendapatkan akses air bersih karena mereka tidak memiliki izin yang sah dari penyedia air perpipaan. Di sisi lain, masyarakat marjinal juga manusia yang perlu dipenuhi kebutuhan dasarnya termasuk air bersih. Dengan pemasangan “Master Meter” yang dipasang pada beberapa lokasi tertentu, telah menertibkan sambungan ilegal atau pencurian air. Konsep ini mengadopsi pelayanan air minum vertikal di apartemen yang diadaptasi dengan lebih sederhana dalam skema horizontal. Selanjutnya, pemeliharaan dan penagihan iuran ditangani oleh masyarakat yang ditunjuk sebagai pengelola master meter."
M. Risanggono Soemaryono. Ketua Umum Pundi Amal SCTV. CSR Melirik Sanitasi : Modal Dasar Peningkatan Pendidikan dan Kesehatan.
"Kegiatan pundi amal SCTV mengacu pada empat pilar, yaitu kesehatan, pendidikan, penanganan bencana dan pengembangan lingkungan. Pundi amal SCTV melihat isu sanitasi menjadi salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kesehatan. Pundi amal SCTV menyadari bahwa penyelesaian masalah sanitasi di Indonesia tidak cukup hanya dengan pembangunan infrastuktur. Hal ini perlu didukung dengan kegiatan "pemicuan" untuk melahirkan kepedulian dan kemauan masyarakat hidup bersih dan sehat. Pemicuan menjadi prasyarat untuk mempertahankan keberlanjutan fungsi dan fasilitas sanitasi yang telah terpasang."
Bahrudin. Ketua Majelis Wakil Cabang NU Kec. Pringsewu Kab. Pagelaran Prov. Lampung. Jihad Sanitasi : Pendekatan Kultur dan Religi untuk Perubahan Perilaku.
"Jihad didefinisikan sebagai salah satu bentuk upaya yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Upaya yang dimaksud adalah segala bentuk usaha untuk memberantas segala kezaliman (berbuat sewenang-wenang) baik terhadap diri sendiri, masyarakat, ataupun alam. Setelah saya bergabung dengan tim STBM kecamatan, saya jadi sering berfikir dengan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan sanitasi, maka timbulah ide saya tentang perlunya Jihad Sanitasi. Jihad sanitasi adalah panggilan bagi seluruh umat beragama untuk memerangi kezaliman dan mulai berperilaku hidup bersih dan sehat."
Seno Samodro. Bupati Boyolali. Hibah Air Minum Dan Sanitasi Yang Menguntungkan.
"Fakta masih banyaknya masyarakat Boyolali yang belum terlayani air bersih, menjadikan "Peningkatan Kapasitas Layanan Air Bersih" sebagai salah satu misi saya. Mendengar adanya program hibah air minum berupa penggantian uang senilai Rp 2.000.000 – Rp 3.000.000 untuk setiap sambungan rumah (SR) yang terbangun, saya yakin bisa mengikuti program ini karena Boyolali memenuhi syarat-syarat yang diajukan seperti idle capacity yang cukup, PDAMnya sehat dan masyarakatnya memang ingin memiliki SR. Keraguan datang dari DPRD karena jika gagal, Boyolali akan mengalami kerugian miliaran rupiah. Bahkan DPRD sampai membentuk pansus untuk mnyelidiki program ini. Saya tunjukkan bahwa PDAM memang siap dari segi teknis dan non teknis. Saya juga menunjukkan surat perjanjian hibah program tersebut. Diskusi demi diskusi kami lakukan sampai akhirnya DPRD menyetujui. Dengan adanya program ini masyarakat cukup membayar Rp. 800.000 untuk setiap SR dari yang seharusnya Rp 1.200.000. Selain itu, biaya tersebut bisa dicicil hingga 3 tahun. Kini Boyolali sudah 3 kali berhasil mengikuti program ini, dengan setiap pengajuan ada 2000 SR."

"Hal Penting terkait Mekanisme Hibah : 1. Adanya penyertaan modal di awal dari APBD memberikan penegasan bahwa Pemerintah Daerah wajib untuk menyediakan akses sanitasi dan air minum kepada masyarakat, 2. Adanya kepercayaan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk memenuhi tanggung jawab menyediakan akses sanitasi dan air minum kepada masyarakat, 3. Menekankan pentingnya harmonisasi antara eksekutif dan legislatif dalam membangun daerah mereka, 4. Melalui mekanisme hibah berbasis hasil ini, Pemerintah Daerah yang telah mengalokasikan investasi untuk pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi memperoleh penghargaan dengan menerima program hibah."
Desriwan. Direktur BPR Bukit Cati Kab. Sijunjung. Mikro Kredit, Kecil-kecil Menjanjikan.
"Sebagian besar masyarakat Kab. Sijunjung mendapatkan air minum dari depot-depot air menggunakan jerigen dengan tarif yang mahal, yaitu Rp 50.000 per meter kubik, hal ini dikarenakan kontur alam Kab. Sijunjung berbukit-bukit dengan akses air minum yang sulit. Saya membuka peluang kerjasama antara BPR Bukit Cati dengan BPSPAM atas inisiasi dari WSP Bank Dunia dan pemerintah daerah melalui program Mitra Prima. Saya memberikan sudut pandang baru yaitu kebijakan lembaga perbankan dapat disesuaikan dengan kondisi masyarakat (BPSPAM) jika pemerintah daerah mau aktif mempromosikan potensi pasar pelayanan PAMSIMAS. Bentuk kerjasama antara BPR Bukit Cati dengan BPSPAM tersebut adalah mikro kredit, yaitu pinjaman dalam jumlah kecil untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) atau badan usaha kecil dengan tujuan supaya mereka dapat berwirausaha. Jumlah dapat disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. BPR Bukit Cati membentuk tim kredit untuk kredit khusus air, dengan target seluruh BPSPAM yang ada di Kab. Sijunjung dan prioritas utamanya Nagari Pematang Panjang. Saya mengajak BPSPAM mengganti konsep BPSPAM dari KSM menjadi koperasi. Koperasi yang dimaksud disini adalah untuk sistem pembayaran air. Keuntungan yang didapat dari koperasi ini dapat digunakan untuk perawatan dan perbaikan infrastruktur SPAM yang terbangun. Tarif air yang digunakan juga nantinya harus disesuaikan dengan keadaan finansial masyarakat."
M. Ramdhan "Danny" Pomanto. Walikota Makassar. 1001 Manfaat Pengelolaan Tinja : Komitmen Penyediaan Layanan Sanitasi Prima.
"Untuk mencapai mimpi Kota Dunia bagi Makassar, ada 3 program pondasi yang saya implementasikan yaitu "Makassar Tidak Rantasa" artinya Makasaar tidak kumuh dan kotor, "Makassar yang somber" artinya Makssar yang ramah, dan "Makassar Smart City". Tinja itu masalah yang unik, orang malas untuk membahasnya karena ini adalah kotoran. Saya berpikir seharusnya tinja dapat dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi hal yang justru menguntungkan dan menggerakkan ekonomi daerah. Pemanfaatan tinja tidak lepas dari peran UPTD PAL dalam pengelolaan dan pengolahan tinja. Kunci keberhasilan kami mewujudkan mimpi menjadikan Makassar Kota Dunia yang bersih dan modern sebagai smart city salah satunya adalah dengan membentuk tim promosi sanitasi kota (Prosinta), penyediaan armada mobil tinja dan pelayanan sedot tinja sesuai SNI, pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan menetapkan payung hukum yang mendukung bisnis tinja di Kota Makassar."
Sugeng Triyono. Manajer Bank Sampah Kenanga Peduli Lingkungan. Bank Sampah : Kolaborasi Bisnis Sampah dengan Pihak Swasta.
"Awalnya komunitas Semper Barat yang sedang aktif menggalakan Program STBM, menginisiasi pembentukan bank sampah di wilayah ini. Tumpukan sampah yang tidak terurus menjadi latar belakang pembentukan bank sampah ini. Kedua belas pengurus rela menyisihkan pendapatannya untuk membangun bank sampah hingga akhirnya bank sampah memiliki lahan sendiri sebagai tempat penyimpanan sampah. Penguatan manajemen menjadi kunci utama keberlanjutan organisasi. Dukungan pemerintah yang diperoleh dikukuhkan dengan adanya Surat Keterangan Pengurus, pembinaan dan monitoring rutin dari kelurahan setempat. Juga bantuan hibah berupa gerobak motor yang digunakan untuk meningkatkan layanan jemput tabungan sampah di tiap rumah nasabah. Bank sampah Kenangan Peduli Lingkungan juga menjalin kerjasama dengan PLN untuk pembayaran listrik nasabah. Selain itu, Bank BRI memberikan fasilitas untuk mempermudah transaksi nasabah bank sampah. Saat ini Bank Sampah Kenanga Peduli Lingkungan sudah memiliki 1 kantor pusat dan 2 kantor cabang. Dalam kurang dari 2 tahun, nasabah telah bertambah menjadi 15X lipat."
Abie Wiwoho. Akademi. Menembus Keterbatasan : Lahirnya Inovasi dari Keterbatasan Ruang.
"Sebagian besar tangki septic di Indonesia belum layak, baik itu di area pemukiman atau pun fasilitas publik seperti puskesmas dan rumah sakit. Saya bertekad untuk meneliti dan menciptakan sistem pengolahan limbah cair yang layak. Itikad baik saya tidak langsung berjalan mulus. Saya dikenal sebagai "Raja Gagal", penelitian awalnya tidak pernah berhasil. Lima belas tahun saya terus berinovasi melakukan penelitian. Tahun 2014 penelitian saya mulai berbuah manis. Saya menemukan rumus dan desain IPAL yang tepat. Sistem IPAL desain saya kini diaplikasikan di berbagai puskesmas dan rumah sakit. Saya juga telah mengembangkan sistem biofilter komunal yang sederhana untuk area pemukiman padat. Pengembangan sistem ini dilatarbelakangi oleh menyempitnya lahan di Ibukota Jakarta dan biaya IPAL yang semakin mahal. Oleh sebab itu, saya mengembangkan "IPAL dengan budget kepepet" yang dapat dijangkau oleh berbagai kalangan. Saya kini lebih dikenal dengan rumus "Wiro Sableng"-nya 2-1-2 yaitu dimensi yang digunakan untuk membangun tangki septic yang layak."
Panggeng Siswadi. Ketua HIPPAMS Tirto Agung Desa Tlanak Kab. Lamongan Prov. Jawa Timur. Mengasah Dan Mengasuh Layanan Air Minum : Tumbuh Kembang Kelembagaan.
"Desa Tlanak tidak terdapat sumber mata air dan bahkan air tanah pun berada di kedalaman lebih dari 100 meter menjadikan kesulitan akan air bersih dan praktik buang air besar sembarangan (BABS) seakan menjadi hal yang lumrah. Merasa khawatir dengan akan masa depan anak dan cucu saya nanti, tahun 1995 saya mulai mengajak masyarakat sekitar untuk mulai melakukan perubahan dengan membeli sepetak tanah dan menggali sumur bor secara bergotong royong. Setelah bersabar berjuang bertahun-tahun mimpi saya mulai menjadi nyata pada tahun 2007. Desa Tlanak berhasil menjadi salah satu desa yang telah melaksanakan pembangunan instalasi air minum berbasis masyarakat dari pemerintah pusat. Sejak itu, HIPPAMS Tirto Agung terbentuk serta instalasi air minum menjadi lebih canggih. Dan kini HIPPAMS Tirto Agung mampu melayani 4 desa dengan pelanggan 1.500 rumah tangga. Air pun mengalir 24 jam dan Desa Tlanak pun menjadi desa ODF (Open Defecation Free) pada tahun 2012."
Romdhoni. Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kab. Malang. Hero For Zero Waste.
"Tujuh tahun lalu, masyarakat Kab. Malang masih membuang sampah di sungai tanpa rasa malu. Prinsip bahwa setiap orang harus bertanggung jawab pada sampahnya sendiri harus ditumbuhkan di masyarakat. Hal inilah yang menggerakkan saya untuk memulai membangun Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Reduce, Reuse, Recycle (TPST 3R) skala desa. Disana dilakukan pemilahan sampah organik dan anorganik secara teliti untuk kemudian diolah atau dijual sehingga memiliki nilai ekonomi. Pengelolaan tersebut dilakukan oleh masyarakat setempat yang dibayar dari hasil iuran warga desa dan hasil penjualan sampah anorganik. Proses tersebut membuat sampah yang masuk ke TPA hanya 15% dari total sampah yang masuk ke TPST. TPST 3R Mulyoagung sepenuhnya dikelola dikelola secara swadaya oleh masyarakat. Saat ini, TPST tersebut menjadi best practice dan setiap tahunnya dapat menerima lebih dari 700 pengunjung dari institusi dalam dan luar negeri yang ingin belajar pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Saya ubah TPA menjadi lebih bermanfaat bagi masyarakat sekitar, TPA bukan lagi menjadi tempat yang tidak menjijikkan karena TPA ini adalah TPA sanitary Landfill dan mengubahnya menjadi taman rekreasi warga sekitar. Gas metan yang dihasilkan pun dimanfaatkan menjadi sumber bahan bakar masyarakat sekitar."
Suwito. Kepala Divisi NRW, PDAM Kota Malang. Belajar Dari Kegagalan : Tips dan Trick Menurunkan Non Revenue Water.
Syaeful Badar. Kelompok Kerja Perubahan Iklim Cirebon. Menggapai Berkah Dari Langit : Sanitasi Sekolah Dan Penampungan Air Hujan.
Comments